PEREMPUAN DAN LIMINALITAS PERDAMAIAN: Hubungan Islam-Kristen dalam Liminalitas Simbolik Kain Gandong di Maluku

Sharon Michelle O Pattiasina, Izak Y M Lattu, Ebenhaizer I Nuban Timo

Abstract


Tulisan ini menganalisis peran perempuan dan tradisi Kain Gandong dalam liminalitas hubungan Islam-Kristen yang berfokus pada ritual Panas Pela dan ritual Pelantikan raja di negeri Hative Kecil dan Hitumessing, Maluku. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik wawancara, studi dokumenter dan studi pustaka. Hasil penelitian menemukan bahwa perempuan memiliki peran yang penting dalam tradisi Kain Gandong. Perempuan berperan sebagai pemegang Kain Gandong dengan mengacu pada arti dan makna dari kata gandong itu sendiri. Tradisi Kain Gandong menciptakan sebuah ruang kebersamaan yang disebut sebagai ruang liminalitas. Ruang tersebut dapat membebaskan masyarakat dari perbedaan-perbedaan status sosial, budaya dan agama. Berdasarkan data yang diperoleh, penulis menemukan tiga nilai yang dapat berguna untuk membangun kehidupan bersama, yakni nilai persaudaraan, nilai kesetaraan dan nilai perdamaian.


Keywords


Kain Gandong, Perempuan, Liminalitas, Maluku, Hative Kecil, Hitumessing

References


Bartels, Dieter., 2017, Di Bawah Naungan Gunung Nunusaku: Muslim-Kristen Hidup Berdampingan di Maluku Tengah: Jilid I: Kebudayaan, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Bell, Catherine, 1997, Ritual: Perspectives and Dimension, New York: Oxford University Press.

Chammah, J. “Ndembu Cultural Liminality, Terrains of Gender Contestation: Reconceptualising Zambian Pentecostalism as Liminal Spaces” Hervormde Teologiese Studies, Vol. 73 No. 3 (2017): 1-7.

Conteh-Morgan, Earl. “Peacebuilding and Human Security: A Constructivist Prespective,” Journal of Peace Studies, Vol. 10 Nomor 1 (2005): 69-86.

Cooley, Frank L., 1987, Mimbar dan Takhta: Hubungan Lembaga-lembaga Keagamaan dan Pemerintahan di Maluku Tengah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Creswell, John W., 2013, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gennep, Arnold Van., 1960, The Rites of Passage, London: Rouledge dan Kegan Paul.

Hehanussa, Jozef M. N., 2009, “Pela dan Gandong: Sebuah Model untuk Kehidupan Bersama dalam Konteks Pluralisme Agama di Maluku,” Gema Teologi Duta Wacana, Volume 33, Nomor 1.

Howard-Grenville, Jennifer. et.al., “Liminality as Cultural Process for Cultural Change,” Organization Science, Vol. 22, No. 22 (Maret-April 2011): 522-539.

Jauhola, Marjaana. “Decolonizing Branded Peacebuilding: Abjected Woman Talk Back to the Finnish Women, Peace and Security Agenda” International Affairs, Vol. 96 No. 2 (Maret 2016): 333-351.

Koentjaraningrat, 2004, Kebudayaan Melintas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia.

Lattu, Izak Y. M., 2012, “Culture and Christian-Muslim Dialogue in Moluccas-Indonesia,” Interreligious Insight, Volume 10, Nomor 1: 45-52.

Lattu, Izak Y. M., 2014, “Orality and Interreligious Relationship: The Role of Collective Memory in Christian-Muslim Engagements in Maluku, Indonesia” (Disertasi) Doctor of Philosophy Universitas Berkeley, California.

Maistry, S. M. “Betwixt and Between: Liminality and Dissonance in Developing Threshold Competences for Research Supervision in South Africa” South African Journal of Higher Education, Vol. 31 No. 1 (2017): 119-134.

Makaruku, Steven, 2012, “Pela sebagai Sarana Penyelesaian Konflik antara Suku Alune dan Wemale di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku” (Skripsi), Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Noya, M., 2006, Potong di Kuku Rasa di Danging, Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Pattipeilohy, M. M., 2017, “INA: Perempuan Maluku Dalam Bejana Kehidupan,” dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbmaluku/2017/09/14/ina-perempuan-maluku-dalam-bejana-kehidupan/., (diakses pada 08 Maret 2018)

Pattiruhu, C. M. et al., 1997, Seri Budaya Pela-Gandong dari Pulau Ambon, Ambon: Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.

Pui-Lan, Kwok. Globalization, Gender and Peacebuilding: The Future of Interfaith Dialogue. New York: Paulist Press, 2011.

Raco, J. R., 2010, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, karakteristik, dan keunggulannya, Jakarta: Grasindo.

Ritiauw, Samuel Patra. et.al., 2017 “Revitalisasi Pela Gandong untuk mewujudkan Harmonisasi dalam Keberagaman” Prosiding Seminar Nasional: Semangat Hari Pattimura dan Kebangkitan Nasional untuk Kebhinekaan Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura, 76-89.

Sims, Martha dan Martine Stephens, 2011, Living Folklore: An Introduction to the Study of People and Their Traditions, Logan: Utah State University Press.

Sugiyono, 2013, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Thomas, Frans, 2010, “Wacana Tradisi Pela Dalam Masyarakat Ambon,” Bahasa dan Seni, Volume 38, Nomor 2: 166-180.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, cetakan pertama, 1991, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka.

Turner, Victor, 1969, The Ritual Process: Structure and Anti-Structure, New York: Cornel University Press.

Usman, Husaini, dan Purnomo Setiady Akbar, 2008, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.

Watloly, A. et.al., 2012, Menggali Sejarah dan Kearifan Lokal Maluku, Jakarta: Cahaya Pineleng.

Winangun, Y. W., 1990, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dari Komunitas Menurut Victor Turner, Yogyakarta: Kanisius.




DOI: http://dx.doi.org/10.21043/palastren.v11i2.3298

Refbacks



Copyright (c) 2019 PALASTREN Jurnal Studi Gender

Creative Commons License
Palastren : Jurnal Studi Gender by Pusat Studi Gender STAIN Kudus is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.