MENGGAGAS PENDIDIKAN KARAKTER RESPONSIF GENDER

Sofiyan Hadi

Abstract


Baru-baru ini muncul fenomena krisis karakter bangsa yang menyebabkan krisis nasional dalam berbagai dimensi. Berbagai aspek kehidupan juga bertanggung jawab atas rapuhnya kepribadian bangsa ini. Termasuk sekolah sebagai lembaga yang secara esensial sebagai media pembangun karakter. Pendidikan meminjam istilah dari Shapiro (2006) sudah kehilangan hati, karena dimensi moral dan spiritual telah terpinggirkan. Jadi jika momentum “Hari Pendidikan” (2 Mei 2010), pemerintah menyatakan “gerakan nasional di negara pendidikan karakter,” maka perlu diterima dengan baik, meskipun masih dalam pencarian model. Tulisan singkat ini mencoba untuk meninjau bagaimana esensi dari pendidikan karakter dan desain kurikulum seperti itu harus disiapkan dalam perspektif keadilan gender. Makalah ini menyimpulkan bahwa pendidikan karakter berbeda dengan pendidikan moral. Jika pendidikan moral cenderung mengajarkan dimensi etika, baik dan buruk di tingkat kognitif, maka pendidikan karakter memerlukan pendekatan holistik. pendidikan karakter sebagai dikonfirmasi (Lickona, 1991) harus mencakup tiga aspek mengetahui, merasakan dan bertindak dari kebaikan.Oleh karena itu, dalam merancang kurikulum perlu mempertimbangkan tiga-lingkungan yang didukung oleh upaya intervensi dan habituasi, mulai dari kelas, sekolah, dan lingkungan keluarga. Agar pembangunan kurikulum tidak bias gender, perlu mengedepankan perspektif gender dalam mengembangkan kurikulum pendidikan karakter di semua tingkat.

ABSTRACT
Problems of character education already started sticking in various aspects of life involving men and women. Efforts are needed breakthrough in the design of character educational that can transform the moral values into action and real personality with gender responsive. This
brief paper tries to review how the essence of character education and curriculum design as it should be prepared in the perspective of gender justice. This paper concludes that character education is different from the of moral education. If moral education tends to teach the ethical dimensions, good and bad in cognitive level, then character education requires a holistic approach. Character education should include three aspects of knowing, feeling and acting of the good. Therefore, in designing the curriculum needs to consider the three-sphere which is supported by intervention efforts and habituation, starting at the class, school, and family environment. In order for the construction of curricula is not gender-biased, the need to put forward a gender perspective in developing a character education curriculum especiallya in Islamic education in all level in Indonesia.

Keywords


character education; gender; curriculum development

Full Text:

PDF

References


Abdullah, A., 2010, ”Pendidikan Karakter: Mengasah Kepekaan Hati Nurani”, Makalah Sarasehan Nasional Pendidikan Karakter, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Hotel Santika, Yogyakarta, 15 April 2010.

Assegaf, A.R., 2002, Politik Pendidikan Nasional, Pergeseran Kebijakan Pendidikan Agama Islam dari Proklamasi ke Reformasi,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Assegaf, A.R. et. all., 2002, Kondisi dan Pemicu Kekerasan dalam Pendidikan. [Online]. Tersedia: http:/ /www.ditpertais.net/ ist1’qro/ ist02-03.asp (19 Mei 2014.

Basuki, 2006, ”Mengonstruksi Pendidikan Kritis-Humanis dan Populis, Tinjauan tentang Politik Pendidikan Indonesia Era Globalisasi”, dalam Jurnal Penelitian Agama dan Keagamaan, EDUKASI. 4, (2), 38-53.

Bramelcl, T., 1995, Philosophies in Education in Cultural Perspectives,Toronto: London, Holt Rinehat.

Buchori, M., 2010, “Guru Profesional dan Plagiarisme”, KOMPAS(22 Februari 2010).

Buchori, M., 2010, ”Krisis Moral dan Masalah Karakter”, KOMPAS(9 Februari 2010).

Buchori, M., 1994, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan dalam Renungan, Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press.

Buchori, M., 2007, Evolusi Pendidikan di Indonesia; dari Kweekschool Sampai ke IKIP; 1852-1998. Yogyakarta: INSIST Press.

sofiyan Hadi 266 PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015

Damanik, 2010, ”Epidemi Plagiarisme”, dalam KOMPAS (19 Februari 2010).

Dewantara, K.H., 1962, Karja Ki Hadjar Dewantara, Yogjakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Gardner, H., 1983, Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, New York: Basic Books.

Hasan, S. H., 2005, Perkembangan Kurikulum: Perkembangan Ideologis dan Teoritik Pedagogis (1950-2005). dalam www.geocities.com/konferensinasionalsejarah/ s_hamid_hasan.pdf [akses 1 Iuli 2009]

Hasan, S.H., 2009, “Kurikulum, Standar Kompetensi Lulusan dan Ujian Nasional”, dalam Sejarah Sebuah Penilaian, Refleksi 70 tahun Prof. Dr. H. Asmawi Zaenul, M.Ed, Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

Hasan, S.H., 2009, ”Evaluasi Pengembangan K13: Suatu Kajian Konseptual”, dalam Jurnal Inovasi Kurikulum, Februari 2009, Thn. 5. Vol 1 Nomor 6.

Hursh, D., tt., Neo-liberalism, Markets and Accountability: Transforming Education and Undermining Democracy In The United States and England, [Online], Tersedia: http://www.wwwords.co.uk/pdf/validate.asp?j=pfie&vol=3&issue=1&year=2005&article=2_Hursh_PFIE_3_1_web (5 Mei 2010)

Kamarga, H., 2009, Inovasi Pendidikan dan Upaya Percepatan Pembangunan Bangsa, [Online] diakses http://hanckey.pbworks.c0m/Inovasi-Pendidikan, diakses pada: 2 Nopember 2009.

Kamarga, H., ”Inovasi Pendidikan dan Upaya Percepatan Pembangunan Bangsa” [Online] di http://hanckey.pbworks.com/Inovasi-Pendidikan, diakses pada: 1 September 2009.

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015 267 Menggagas Pendidikan karakter responsif gender

Kartadinata, S., 2010, Mencari Bentuk Pendidikan Karakter Bangsa [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direkt0ri/A%20—%20FIP/JUR.%20PSIKOLOGI%20PEND%20DAN%20BIMBINGAN/195003211974121%20-%20SUNARYO%20KARTADINATA/MENCARI%20BENTUK%20PENDIDIKAN%20KARAKTER%20BANG5A.pdf [online] 1 September2009].

Koesoema A, D., 2007, Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta. Grasindo.

Koesoema A, D., 2007, Pendidikan Karakter, [Online]. Tersedia http://albertd0ni.blogspot.com/2007/09/pendidikan-karakter-doni-koesoema.html. Diakses pada: 2 Mei 2010.

Lickona, T., 1991, Educating for Character, How Our School can Teach Respect and Responsibility, New York: Bantam Books.

Miller, J.P. & Seller, W., 1985, Curriculum Perspectives and Practice, New York & London: Longman.

Mujahidah, 2009, ”Praktek Menyontek; Tradisi Klasik dalam Dunia Pendidikan”, dalam Jurnal Kependidikan Ar-Riwayah. 2,(2), 45-58.

Mustofa, S., 2010, Pemimpin Mati Rasa: Sebuah Kado di Hari Kebangkitan Nasional. [Online]. Tersedia http://saifulmustofauinblogspot.com/c. Diakses pada: 8 ]uni 2010.

Newman, I. and Carolyn R. B., 1998, Qual-Quan Research Methodology; Exploring the Interactive Continum, Jakarta: SIU Press.

Patton, A., tt., Self-Evaluation dalam Konteks Perencanaan Strategis. [Online]. Tersedia: http://www.akademik.

sofiyan Hadi 268 PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015 unsri.ac.id/download/journal/files/brapub/7Self-evaluation%20dalam%20Konteks%20Perencanaan%20Strategis-ADRI.pdf. Diakses pada:

Januari 2010.

Rahmat, J., 2010, “Membangun Karakter: Mengembalikan Jiwa Pendidikan”, Makalah Pembekalan Guru, di SMU Plus Muthohhari Bandung.

Rosenblum, S. & Louis, K. S., 1981, Stability and Change, Innovation in an Educational Context. New York & London: Plenum Press.

Said, N., 2005, Perempuan dalam Himpitan Teologi dan HAM di Indonesia, Yogyakarta: Pilar Media.

Shapiro, H.S., 2006, Losing Heart: The Moral and Spiritual Miseducation of America’s Children. London: Lewrence Erlbaum Associates.

Smith, J.D., 1998, Inclusion, School for All Student, Wadsworth Publishing Company.

Subanar, B., 2010, ”Mendidik: Membentuk Pribadi Yang Berkarakter. Tantangan Pendidikan di Era Informasi dan Komunikasi, Makalah disampaikan pada acara Sarasehan Nasional Pendidikan Karakter, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Hotel Santika, Yogyakarta, 15 April 2010.

Subkhan, E., 2009, “The Polarization of the Post-New Order Indonesian Education Ideologies”. Makalah dipresentasikan pada Internasional Seminar on: (Re)Considering Contemporary Indonesia: Striving for Democracy, Sustainability, and Prosperity, A Multidisciplinary Perspective. Diselenggarakan oleh Academy Professorship Indonesia in Social Sciences & Humanities, The Graduate School , Gadjah Mada University, in Yogyakarta, 2-3rd December 2009.

PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015 269 Menggagas Pendidikan karakter responsif gender

Sularto, St., 2009, ”Krisis Identitas dan Harga Diri”. Dalam Negara Minus Nurani; Esai—esai Kritis Kebijakan Publik, Indratno, A.F.T. (ed.), Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Sumbulah, U., dkk., 2008, Spektrum Gender; Kilasan Inklusi Gender di Perguruan Tinggi. Malang: UIN Malang Press.

Tabb, W., 2001, Essay: Globalization And Education As A Commodity [Online]. Tersedia: http://www.psc-cuny.org/jcglobalizaljonhtm. Diakses pada: 5 Mei 2010.

The Jakarta Post, 2010, “Plagiarism”., [Online]. Tersedia di http://www.thejakartapost.com/ news/2010/02/04/p1agiarism.html. Diakses pada: 2 Mei 2010.

Kompas, 2002, ”Pendidikan Karakter Mendesak; Penjiplakan, Dampak dari Politisasi Pendidikan” [Online]. Tersedia di http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/20/04191432/.Pendidikan.karakter.Mendesak. Diakses pada: 20 Februari 2010.

Kompas, 2010, “Survei, 62,7 Persen Remaja Indonesia Pernah ML”, Laporan wartawan KOMPAS, Diakses pada: 9 Mei 2010.

UNESCO, tt., “The World Conference on Early Childhood Care and Education (ECCE): Building the Wealth of Nations” [Online]. Tersedia di http://unesdoc.unesco.org/images/0018/001873/187376e.pdf. Diakses pada: 8 ]uni 2010.




DOI: http://dx.doi.org/10.21043/palastren.v8i2.966

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2016 PALASTREN

Creative Commons License
Palastren : Jurnal Studi Gender by Pusat Studi Gender STAIN Kudus is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.