Open Journal Systems

KE-MUTAWATIR-AN AL-QUR’AN: Metode Periwayatan dalam Sejarah Al-Qur’an

Uun Yusufa

Abstract

Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir > , baik makna dan lafalnya.
Ke-mutawa>tir-an al-Qur’an menunjukkan derajat sahih yang
paling tinggi dalam tradisi periwayatan. Tidak ada selain al-Qur’an
yang memiliki kualitas dan spesifiasi seperti itu. Keotentikan
al-Qur’an akan selalu bersinar terang, walaupun ada beberapa
kelompok dari kalangan insider maupun outsider berusaha
untuk meredupkannya. Sebagian dari proyek mereka adalah
memberhangus (menghilangkan??) kaidah yang diterapkan
generasi awal Islam dalam menjaga kemurnian al-Qur’an, dengan
melakukan kritikan tajam terhadap metodologi yang digunakan
oleh para ulama salaf/ mutaqaddimin. Pada kesempatan ini, kita
masih tetap menggunakan referensi turats sebagai kompas yang
mengarahkan kajian kita, serta beberapa referensi terkini, jika
diperlukan. Dari turats inilah kita akan mengetahui, bagaimana
pendahulu kita telah menerapkan metode ilmiah untuk menjaga
kemurnian Islam. Tulisan ini membahas tentang periwayatan alQur’an, termasuk para perawi dan huffdz, serta menyinggung
permasalahan qira’ah yang penuh dengan polemik itu. Tema
ini sekilas terlihat sederhana, namun ketika dipahami bahwa
al-Qur’an menjadi dusturul Hayah bagi manusia, maka ia akan
menjadi sesuatu yang sangat luar biasa.

Full Text: PDF

DOI: 10.21043/hermeneutik.v7i2.921

How To Cite This :

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2016 HERMENEUTIK