Open Journal Systems

BERDAKWAH DENGAN PUISI (KAJIAN INTERTEKSTUAL PUISI-PUISI RELIGIUS TAUFIQ ISMAIL)

Habiburrahman El Shirazy

Abstract

Abstrak

Berdakwah dengan puisi atau syair sudah ada sejak awal dakwah Islam. Di Indonesia, para da`i sejak awal mula Islam masuk juga menggunakan sastra sebagai salah satu sarana dakwah. Di era modern, puisi bisa dijadikan sarana dakwah yang efektif. Taufiq Ismail telah membuktikan dengan puisi-puisinya yang kental dengan nilai dakwah. Puisi-puisinya itu bahkan dijadikan lirik lagu yang sangat digemari masyarakat luas. Sayangnya belum ada yang mengkaji secara serius amanat puisi Taufiq Ismail yang dalam sebagai pembawa pesan Al Qur`an dan Hadits yang efektif, sekaligus kreatif. Tulisan ini menganalisis tiga puisi religius Taufiq Ismail, yaitu ; Ada Anak Bertanya Pada Bapanya, Jangan Ditunda- tunda, Ketika Tangan dan Kaki Berkata dengan menggunakan prinsip intertekstual. Prinsip intertekstual berpegang pada fenomena adanya teks yang tersimpan dalam sebuah teks. Teori intertekstual dikenalkan secara luas pertama kali oleh Julia Kristeva bertolak dari prinsip dialogik Mikhail Bakhtin dan sistem tanda Ferdinand de Saussure, yang kemudian diperkaya oleh beberapa sarjana semisal Roland Barthes, dan Michael Riffatere. Analisis terhadap tiga puisi itu secara intertekstual menemukan adanya teks-teks Al Qura`an dan Hadits yang menjadi hipogram, atau tipa induk teks-teks puisi religi Taufiq Ismail. Dengan ditemukannya hipogram itu, makna puisi itu lebih tampak kaya dan dalam. Kajian ini sekaligus menegaskan urgensi dakwah secara kreatif lewat berbagai bidang, termasuk seni sastra.

Kata Kunci : Dakwah kreatif, Puisi, Intertekstual, Hipogram, Transformasi
Full Text: PDF (Bahasa Indonesia)

DOI: 10.21043/at-tabsyir.v2i1.462

How To Cite This :

Refbacks

  • There are currently no refbacks.